Nah, pada
pembahasan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman pembelajaran saya
sepanjang saya belajar RPL.
Tidak terasa,
sudah 6 kali pertemuan saya masuk ke kelas RPL. Pada pertemuan pertama, kelas
besar digabung dengan kelas senior, sehingga membuat saya yang baru semester 3
ini merasa cukup kaget dan ragu-ragu untuk mengambil mata kuliah ini karena
banyak senior lain yang mengatakan bahwa mereka baru saja mengambil mata kuliah
RPL karena sangat sulit dipelajari.
Pada pertemuan
selanjutnya, kita sekelas pun juga di tantang untuk yakin mengambil mata kuliah
ini atau membatalkannya. Akhirnya, saya pun tetap pada keputusan pertama saya
untuk tetap mengambil mata kuliah RPL sebagai mata kuliah saya di semester 3
ini, karena saya pikir cepat atau lambat saya pasti akan menempuh mata kuliah
ini. Seberapa susahnya juga pasti akan saya jalani, jadi lebih baik bersusah
payah dahulu, bersenang-senang kemudian :p
Yang saya rasakan
selama menempuh proses belajar di kelas RPL adalah selalu saja ada metode
pembelajaran yang berbeda-beda yang diberikan, sehingga saya di dalam kelas
tidak merasa bosan. Terkadang tiba-tiba bank pendapat, pembagian kelompok dan
persentase kelompok.
Semua yang saya
alami dan pelajari itu karena dibarengi dengan metode yang berbeda membuat
pelajaran tersebut otomatis masuk dalam pikiran saya. Bahkan tanpa melihat buku
saya bisa menjelaskan mengenai RAD secara mendadak (Presentase Karya RAD).
Materi yang sudah
saya mengerti cukup banyak, mulai dari proses software itu terbagi menjadi 5
macam , dimulai dari waterfall model. Model ini pada
dasarnya sudah efisien, tetapi biaya (Iteration
Cost) yang dikeluarkan jika terjadi kesalahan cukup besar. Selain itu, jika
misalnya software analyst kesulitan
dalam mengetahui criteria atau kebutuhan software, maka kemudian ada Prototype
Model, dimana model ini memberi contoh kepada pelanggan seputar
kebutuhan program yang diinginkan pelanggan. Selain itu, waterfall model ini membutuhkan waktu cukup lama, sehingga jika software analyst membutuhkan waktu yang
singkat dalam menyelesaikan pengembangan system yang berskala kecil, maka ia
membutuhkan RAD (Rapid Application Development), sebab dalam RAD itu terbagi ke
dalam tim-tim yang mengerjakan modul-modul bersamaan kemudian diserahkan kepada
software analyst, sehingga waktu
pengembangan system menjadi lebih cepat. Nah, ketika software analyst mendapat proyek yang berskala besar, maka ia
membutuhkan Incremental Model, dimana model ini memang dirancang untuk
pengembangan system berskala besar yang dikerjakan secara bertahap. Dalam Incremental Model, kebutuhan yang
dikerjakan memang untuk skala besar, tetapi belum dibutuhkan semuanya.
Selanjutnya, jika software analyst ingin
mengerjakan suatu proyek yang berskala besar secara berulang-ulang dengan
memberi contoh terlebih dahulu, maka software
analyst tersebut membutuhkan Iterative-Incremental Model, yang
merupakan gabungan antara prototyping
dan incremental model, sehingga model
tersebut membuat contoh kebutuhan konsumen terlebih dahulu, kemudian
mengerjakannya secara bertahap dan berulang-ulang.
Materi yang masih
saya kurang pahami adalah tentang iterative-incremental
model, karena menurut saya sampai kapan pengerjaan software analyst akan terus berulang-ulang namun tetap dikerjakan
secara bertahap.
Secara garis
besar, penjelasan tentang RPL sudah sangat saya pahami dan saya sudah bisa
membedakan beraneka macam model yang dalam software
process.